Suatu ketika pada waktu pagi hari setelah shalat subuh, Abu nawas mengumpulkan seluruh muridnya dan mereka diminta untuk membawa alat perlengkapan guna menghancurkan rumah Hakim Agung, namun karena rasa hormat para murid Abu Nawas, mereka langsung menuju rumah Hakim Agung tanpa berfikir panjang.
Sesampainya di rumah Hakim Agung, para murid abu nawas tersebut serta merta langsung menghancurkan rumah Hakim Agung yang kokoh tersebut hingga bangunan megah tersebut rata dengan tanah. Hakim Agung yang tak tahu menahu tentang apa yang telah dikerjakan oleh para murid Abu Nawas tersebut mukanya langsung memerah dan marah. Berkatalah Hakim Agung kepada murid-murid Abu Nawas tersebut dengan suara yang sangat lantang.
“Hai kalian para murid Abu Nawas, apa yang kalian telah lakukan hingga rumahku kini rata dengan tanah?”. Kemudian salah satu murid Abu Nawas menjawab, “Kami hanya diutus oleh guru kami, Abu Nawas. Hendaknya Tuan tanyakan saja kepada beliau”. Tanya Hakim Agung.
Dengan amarah yang sangat membara, maka Hakim Agung tersebut langsung menuju istana dan mengadukan kejadian tersebut kepada Raja Harun Al Rasyid dan dengan laporan Hakim Agung tersebut maka Raja Harun langsung memerintahkan prajurit untuk memanggil serta menjemput Abu Nawas dan membawanya menghadap Raja.
“Ada apa Tuan Raja memanggil saya, apakah ada hal yang sangat penting seingga Raja rela menjemput saya ke Istana?”, kata Abu Nawas kepada Raja Harun.
“Apa yang telah engkau perbuat wahai Abu Nawas sehingga para muridmu menghancurkan rumah Hakim Agung?”, jawab Raja dengan wajah yang sangat muram.
“Oh, soal itu Tuan. Memang saya yang menyuruh murid-murid saya untuk menghancurkan rumah Hakim Agung lantaran semalam saya bermimpi bahwa di bawah rumah tuan Hakim Agung terdapat harta karun yang sangat banyak!”, terang Abu Nawas kepada Raja Harun.
“Lantas hanya dengan alasan mimpi anda semalam, anda langsung mengutus para murid anda dan menghancurkan rumah saya?, Lantas hukum mana yang engkau anut wahai Abu Nawas sehingga tafsir mimpi bisa engkau jadikan dasar hukum anda”, kata Hakim Agung dengan wajah tidak terima.
“Begini Raja, saya menganut dasar hukum yang telah tuan Hakim Agung pakai kemarin silam!”, terang Abu Nawas kepada Sang Raja.
“Apa maksutmu Abu Nawas, mimpi bisa dijadikan dasar hukum?”, tanya Raja dengan wajah keheranan.
“Begini tuan Raja, beberapa waktu yang lalu ada seorang saudagar dari mesir yang membawa harta dagangan yang sangat banyak ke negeri kita ini. Saudagar tersebut hendak menjualnya di sini akan tetapi Tuan Hakim merampas harta tersebut dengan semena-mena lantaran saudagar tersebut tidak mau menikahi anak dari tuan Hakim. Tuan Hakim mengatakan bahwa semalam sebelum kejadian tersebut ia bermimpi bahwa saudagar tersebut datang ke rumah Hakim Agung dengan bermaksut menikahi anak Tuan Hakim dan seluruh harta yang dibawanya yang dijadikan mas kawinnya.
Maka dengan tabir mimpi tersebut, tuan Hakim merampas seluruh harta saudagar tersebut sehingga saudagar tersebut kini lontang-lantung karena menderita kemiskinan akibat ulah Tuan Hakim ini”. Terang Abu Nawas.
“Untung saudagar tersebut tertolong dengan kebaikan seorang ibu yang bersedia menampung saudagar tersebut”, Lanjut Abu Nawas.
Kemudian Raja Harun memerintahkan prajurit untuk menjemput ibu dan saudagar yang dimaksut oleh Abu Nawas dan menghadapkannya kepada Sang Raja.
Setelah sesampainya ibu dan Saudagar tersebut menghadap Raja, kemudian Raja menjelaskan alasan mengapa mereka dipanggil dan dimintai keterangannya dan ternyata apa yang diceritakan oleh Saudagar tersebut serta sang Ibu sama dengan apa yang telah Abu Nawas sampaikan.
Kemudian Raja bertanya kepada Hakim Agung. “Apaka benar yang disampaikan oleh Abu Nawas dan Saudagar itu wahai Hakim Agung?”.
Dengan kepala ditundukkan dan dengan wajah yang pucat pasi, Hakim Agung tersebut mengiyakan.
Alangkah murkanya Raja Harun yang kemudian mencopot jabatan Hakim Agung serta menyita seluruh harta Hakim Agung dan menyerahkannya kepada Saudagar tersebut. Kemudian Raja mempersilahkan Abu Nawas, ibu dan Saudagar tersebut meninggalkan Istana.
Setelah itu kini Saudagar tersebut telah menerima hartanya kembali dan menemui Abu Nawas.
“Wahai Abu Nawas, terima kasih atas bantuan anda. Sudilah kiranya saya memberikan sedikit dari harta saya untuk anda miliki”. Kata Saudagar kepada Abu Nawas.
“Tidak wahai Saudagar, ambillah harta yang telah menjadi milikmu itu dan bawalah kembali ke negeri asalmu!”. Jawab Abu Nawas.
Dan setelah itu Saudagar tersebut pulang kembali ke mesir dan menceritakan perihal kehebatan dan kerendahan hati Abu Nawas kepada penduduk mesir dan hingga akhirnya Abu Nawas semakin terkenal.
Sesampainya di rumah Hakim Agung, para murid abu nawas tersebut serta merta langsung menghancurkan rumah Hakim Agung yang kokoh tersebut hingga bangunan megah tersebut rata dengan tanah. Hakim Agung yang tak tahu menahu tentang apa yang telah dikerjakan oleh para murid Abu Nawas tersebut mukanya langsung memerah dan marah. Berkatalah Hakim Agung kepada murid-murid Abu Nawas tersebut dengan suara yang sangat lantang.
“Hai kalian para murid Abu Nawas, apa yang kalian telah lakukan hingga rumahku kini rata dengan tanah?”. Kemudian salah satu murid Abu Nawas menjawab, “Kami hanya diutus oleh guru kami, Abu Nawas. Hendaknya Tuan tanyakan saja kepada beliau”. Tanya Hakim Agung.
Dengan amarah yang sangat membara, maka Hakim Agung tersebut langsung menuju istana dan mengadukan kejadian tersebut kepada Raja Harun Al Rasyid dan dengan laporan Hakim Agung tersebut maka Raja Harun langsung memerintahkan prajurit untuk memanggil serta menjemput Abu Nawas dan membawanya menghadap Raja.
“Ada apa Tuan Raja memanggil saya, apakah ada hal yang sangat penting seingga Raja rela menjemput saya ke Istana?”, kata Abu Nawas kepada Raja Harun.
“Apa yang telah engkau perbuat wahai Abu Nawas sehingga para muridmu menghancurkan rumah Hakim Agung?”, jawab Raja dengan wajah yang sangat muram.
“Oh, soal itu Tuan. Memang saya yang menyuruh murid-murid saya untuk menghancurkan rumah Hakim Agung lantaran semalam saya bermimpi bahwa di bawah rumah tuan Hakim Agung terdapat harta karun yang sangat banyak!”, terang Abu Nawas kepada Raja Harun.
“Lantas hanya dengan alasan mimpi anda semalam, anda langsung mengutus para murid anda dan menghancurkan rumah saya?, Lantas hukum mana yang engkau anut wahai Abu Nawas sehingga tafsir mimpi bisa engkau jadikan dasar hukum anda”, kata Hakim Agung dengan wajah tidak terima.
“Begini Raja, saya menganut dasar hukum yang telah tuan Hakim Agung pakai kemarin silam!”, terang Abu Nawas kepada Sang Raja.
“Apa maksutmu Abu Nawas, mimpi bisa dijadikan dasar hukum?”, tanya Raja dengan wajah keheranan.
“Begini tuan Raja, beberapa waktu yang lalu ada seorang saudagar dari mesir yang membawa harta dagangan yang sangat banyak ke negeri kita ini. Saudagar tersebut hendak menjualnya di sini akan tetapi Tuan Hakim merampas harta tersebut dengan semena-mena lantaran saudagar tersebut tidak mau menikahi anak dari tuan Hakim. Tuan Hakim mengatakan bahwa semalam sebelum kejadian tersebut ia bermimpi bahwa saudagar tersebut datang ke rumah Hakim Agung dengan bermaksut menikahi anak Tuan Hakim dan seluruh harta yang dibawanya yang dijadikan mas kawinnya.
Maka dengan tabir mimpi tersebut, tuan Hakim merampas seluruh harta saudagar tersebut sehingga saudagar tersebut kini lontang-lantung karena menderita kemiskinan akibat ulah Tuan Hakim ini”. Terang Abu Nawas.
“Untung saudagar tersebut tertolong dengan kebaikan seorang ibu yang bersedia menampung saudagar tersebut”, Lanjut Abu Nawas.
Kemudian Raja Harun memerintahkan prajurit untuk menjemput ibu dan saudagar yang dimaksut oleh Abu Nawas dan menghadapkannya kepada Sang Raja.
Setelah sesampainya ibu dan Saudagar tersebut menghadap Raja, kemudian Raja menjelaskan alasan mengapa mereka dipanggil dan dimintai keterangannya dan ternyata apa yang diceritakan oleh Saudagar tersebut serta sang Ibu sama dengan apa yang telah Abu Nawas sampaikan.
Kemudian Raja bertanya kepada Hakim Agung. “Apaka benar yang disampaikan oleh Abu Nawas dan Saudagar itu wahai Hakim Agung?”.
Dengan kepala ditundukkan dan dengan wajah yang pucat pasi, Hakim Agung tersebut mengiyakan.
Alangkah murkanya Raja Harun yang kemudian mencopot jabatan Hakim Agung serta menyita seluruh harta Hakim Agung dan menyerahkannya kepada Saudagar tersebut. Kemudian Raja mempersilahkan Abu Nawas, ibu dan Saudagar tersebut meninggalkan Istana.
Setelah itu kini Saudagar tersebut telah menerima hartanya kembali dan menemui Abu Nawas.
“Wahai Abu Nawas, terima kasih atas bantuan anda. Sudilah kiranya saya memberikan sedikit dari harta saya untuk anda miliki”. Kata Saudagar kepada Abu Nawas.
“Tidak wahai Saudagar, ambillah harta yang telah menjadi milikmu itu dan bawalah kembali ke negeri asalmu!”. Jawab Abu Nawas.
Dan setelah itu Saudagar tersebut pulang kembali ke mesir dan menceritakan perihal kehebatan dan kerendahan hati Abu Nawas kepada penduduk mesir dan hingga akhirnya Abu Nawas semakin terkenal.
Post a Comment
Mohon tinggalkan komentar anda di sini!
Mohon jangan lakukan spamming!
Terima kasih atas kerja samanya!