Suatu ketika saat Abu Nawas berbincang-bincang dengan para sahabatnya, Abu Nawas ditantang oleh para sahabatnya apakah Abu berani memantati Raja Harun Al Rasyid. Jangankan untuk memantati, mencaci saja bisa jadi kepala dipenggal oleh Raja.
Namun ternyata Abu Nawas menerima tantangan dari para sahabatnya tersebut. Dengan tertawa terbahak-bahak para sahabat Abu Nawas tersebut mengejek atas kesanggupan Abu untuk memantati Raja.
“Kita lihat saja besok saat acara jamuan Raja”. Kata Abu Nawas meyakinkan kesanggupannya tersebut.
Keesokan harinya saat Raja Harun menggelar jamuan yang diperuntukkan kepada para rakyat serta penghuni kerajaan berlangsung. Abu Nawas serta para sahabatnya turut menghadiri jamuan tersebut. Seluruh kursi yang diperuntukkan rakyat telah dipersiapkan oleh Sang Raja. Dan saat seluruh tamu hadir dalam acara jamuan tersebut, ternyata Raja melihat ada salah satu orang tidak duduk di kursi yang telah Raja sediakan akan tetapi malah duduk di tanah. Kamudaian Raja memanggil pemuda tersebut dan menanyakan perihal mengapa ia lebih memilih duduk di tanah.
Kemudian pemuda yang tak lain adalah Abu Nawas tersebut menghampiri Raja. “Wahai Abu Nawas, mengapa engkau malah duduk di tanah, bukankah saya telah menyediakan kursi untuk para tamuku termasuk engkau?”, tanya sang Raja kepada Abu Nawas.
“Mohon maaf Tuan Raja, dengan tidak bermaksut untuk duduk di kursi yang telah Tuan sediakan untuk saya. Akan tetapi saya telah membawa kursi saya sendiri, Tuan!”, Jelas Abu Nawas kepada Raja Harun.
Dengan wajah keheranan, kemudian Raja bertanya. “Dimanakah kursi engkau yang dimaksut wahai Abu Nawas?”.
“Mohon maaf Tuan Raja, nanti dibilang saya tidak sopan kepada Tuan jika saya menunjukkan kursi saya itu!”, Jawab Abu Nawas.
Dengan wajah semakin keheranan, kemudian Raja memaksa Abu Nawas untuk menunjukkan kursi yang telah Abu Nawas maksut. “Ayo Abu Nawas, tunjukkan kursi yang anda bawa itu kepada saya!”.
Kemudian Abu Nawas membalikkan badan dan menungging memantati Sang Raja. “Ini Tuan kursi yang saya maksut itu!”. Jawab Abu Nawas.
Raja melihat ada sepotong kertas menempel di pantat Abu Nawas dan mendadak Raja malah tertawa terbahak-bahak hingga terpinggal-pinggal melihat ulah Abu Nawas. Kemudian Raja memberikan beberapa keping uang dan mempersilahkan Abu Nawas kembali ke tempat duduk semula.
Seluruh teman Abu Nawas tercengan melihat keberanian Abu Nawas tersebut untuk memantati Sang Raja dan sekaligus mendapatkan hadiah dari Sang Raja.
Namun ternyata Abu Nawas menerima tantangan dari para sahabatnya tersebut. Dengan tertawa terbahak-bahak para sahabat Abu Nawas tersebut mengejek atas kesanggupan Abu untuk memantati Raja.
“Kita lihat saja besok saat acara jamuan Raja”. Kata Abu Nawas meyakinkan kesanggupannya tersebut.
Keesokan harinya saat Raja Harun menggelar jamuan yang diperuntukkan kepada para rakyat serta penghuni kerajaan berlangsung. Abu Nawas serta para sahabatnya turut menghadiri jamuan tersebut. Seluruh kursi yang diperuntukkan rakyat telah dipersiapkan oleh Sang Raja. Dan saat seluruh tamu hadir dalam acara jamuan tersebut, ternyata Raja melihat ada salah satu orang tidak duduk di kursi yang telah Raja sediakan akan tetapi malah duduk di tanah. Kamudaian Raja memanggil pemuda tersebut dan menanyakan perihal mengapa ia lebih memilih duduk di tanah.
Kemudian pemuda yang tak lain adalah Abu Nawas tersebut menghampiri Raja. “Wahai Abu Nawas, mengapa engkau malah duduk di tanah, bukankah saya telah menyediakan kursi untuk para tamuku termasuk engkau?”, tanya sang Raja kepada Abu Nawas.
“Mohon maaf Tuan Raja, dengan tidak bermaksut untuk duduk di kursi yang telah Tuan sediakan untuk saya. Akan tetapi saya telah membawa kursi saya sendiri, Tuan!”, Jelas Abu Nawas kepada Raja Harun.
Dengan wajah keheranan, kemudian Raja bertanya. “Dimanakah kursi engkau yang dimaksut wahai Abu Nawas?”.
“Mohon maaf Tuan Raja, nanti dibilang saya tidak sopan kepada Tuan jika saya menunjukkan kursi saya itu!”, Jawab Abu Nawas.
Dengan wajah semakin keheranan, kemudian Raja memaksa Abu Nawas untuk menunjukkan kursi yang telah Abu Nawas maksut. “Ayo Abu Nawas, tunjukkan kursi yang anda bawa itu kepada saya!”.
Kemudian Abu Nawas membalikkan badan dan menungging memantati Sang Raja. “Ini Tuan kursi yang saya maksut itu!”. Jawab Abu Nawas.
Raja melihat ada sepotong kertas menempel di pantat Abu Nawas dan mendadak Raja malah tertawa terbahak-bahak hingga terpinggal-pinggal melihat ulah Abu Nawas. Kemudian Raja memberikan beberapa keping uang dan mempersilahkan Abu Nawas kembali ke tempat duduk semula.
Seluruh teman Abu Nawas tercengan melihat keberanian Abu Nawas tersebut untuk memantati Sang Raja dan sekaligus mendapatkan hadiah dari Sang Raja.
Post a Comment
Mohon tinggalkan komentar anda di sini!
Mohon jangan lakukan spamming!
Terima kasih atas kerja samanya!